Jejak Pengabdian Wapres RI Ke-9 Hamzah Haz di Puncak Bogor

KANALBOGOR.COM, BOGOR – Semasa hidupnya, Wakil Presiden atau Wapres RI Ke-9 Hamzah Haz meninggalkan banyak jejak pengabdian terhadap masyarakat.

Beberapa bentuk pengabdian dari Wapres RI Ke-9 ini diantaranya terbangunnya sekolah perawat dan Masjid di Puncak Bogor, tepatnya di Desa Jogjogan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

Istri Hamzah Haz, Soraya Hamzah Haz mengatakan, ada satu sarana pendidikan dan tempat ibadah yang ditinggalkan oleh mendiang suaminya di kawasan Puncak itu.

“Ini lahannya luas sekali, dan ini masjid beliau yang beliau bangun, dan sekolah perawat disini emang berdiri sudah lama,” kata Soraya, Rabu 24 Juli 2024.

SBY Kenang Semasa Kerja Bersama

Presiden RI Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengenang perjalan hidup dan perjuangan bersama mendiang Hamzah Haz baik di dalam pemerintahan dan juga di luar pemerintahan.

Ketua Majelis Tinggi (KMT) Partai Demokrat ini mengingat semasa kerjanya dulu bersama mendiang Hamzah Haz.

“Saya ingin memberikan testimoni ketika kerja sama di berbagai tempat penugasan, saya mengenal almarhum ketika sama-sama mengelola krisis dan melakukan reformasi pada tingkat pertama,” kata SBY.

Baca Juga:  Polri Kerahkan 1.500 Personel Kawal Pemilu dan Harkamtibmas 2024

Pada saat di MPR, Hamzah Haz waktu memimpin partai PPP sedangkan SBY menjadi Ketua Fraksi ABRI MPR. Keduanya ikut menggagas reformasi dan demokratisasi yang diperlukan oleh bangsa.

“Setelah itu kami bersama-sama dalam pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), beliau Menko kesra, saya waktu itu Menteri Pertambangan dan Energi,” ungkapnya.

“Juga bekerja sama setelah Presiden Megawati menjadi Presiden, beliau (Hamzah Haz) atasan saya Wakil Presiden, saya menko Polhukam,” tambah SBY.

Menurut SBY, Banyak kenangan indah yang ia lalui bersama mendiang Hamzah Haz.

“Beliau memiliki fesyen kepedulian dan berbuat banyak untuk memajukan pendidikan, kesehatan, dan kegiatan sosial, termasuk dakwah Islam,” tuturnya.

SBY juga menilai, Hamzah Haz memiliki kepedulian pada ekonomi, investasi dan juga anggaran pendapatan dan belanja negara.

“Artinya beliau memiliki talenta yang cukup banyak, dan jasa beliau tercatat abadi di dalam sejarah. Semoga ini ikut mengantarkan kepergian almarhum menghadap Allah SWT,” singkatnya.

Baca Juga:  Menakar Kelayakan Rudy Susmanto Menjadi Pemimpin Kabupaten BogorĀ 

Sementara itu, Inspektur Upacara pemakaman, Hadi Tjahjanto mengatakan, pemakaman Wapres RI Ke-9 ini dilakukan secara kenegaraan sebagai bentuk penghormatan atas pengabdian Hamzah Haz pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Kita merasa kehilangan yang mendalam atas kepergian almarhum, terlebih lebih bagi keluarga yang ditinggalkan,” ucap Hadi dalam sambutannya.

Menko Polhukam ini pun mengingatkan, sebagai hamba yang bertakwa, sudah semestinya keluarga hingga masyarakat yang ditinggalkan menerimanya dengan keikhlasan dan ketawakalan.

“Karena kelahiran dan ajal bagi makhluk yang bernyawa hanya lah atas kehendaknya. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya selaku inspektur upacara mewakili pemerintah serta seluruh masyarakat menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya almarhum,” paparnya.

Di lokasi yang sama, Zarkasih Nur selaku perwakilan keluarga menyampaikan rasa terimakasihnya terhadap pemerintah dan seluruh masyarakat yang telah menghadiri pemakaman mendiang Hamzah Haz.

“Jikalau perjalanan hidup bapak KH Hamzah haz yang kebetulan seumur dengan saya. Lama sekali bergaul dengan beliau. Oleh karenanya jikalau ada kesalahan beliau tolong dibukakan pintu maaf yang seluas luasnya. Dan kepada Allah lah kita serahkan apa yang kita kerjakan dan kita sampaikan ini dan semoga doa ini diterima oleh Allah SWT,” pungkasnya.

Baca Juga:  Ketua DPRD Rudy Susmanto Ingatkan Pemkab Bogor Efektif Gunakan APBD

Diketahui, Hamzah Haz wafat di RSPAG Gatot Subroto Jakarta pada usia ke-84, Rabu 24 Juli sekitar pukul 09.45 WIB.

Hamzah Haz merupakan politisi asal Partai PPP yang lahir di Ketapang, Kalimantan Barat pada 15 Februari 1940.

Ia mengawali karier sebagai guru pada 1960, lalu bekerja sebagai wartawan surat kabar Bebas di Pontianak hingga memimpin Harian berita Pawau di Kalimantan Barat.***