Kanalbogor.com- Para penggarap di Desa Cijeruk, Kabupaten Bogor menagih janji Ketua DPRD Rudy Susmanto terkait persoalan perlindungan tanah antara penggarap dengan PT Bahana Sukma Sejahtera (BSS).
Sebelumnya beberapa waktu lalu, Ketua DPRD Rudy Susmanto menerima audiensi dengan para penggarap di Gedung DPRD, Cibinong.
Dalam pertemuan itu, Rudy pernah berjanji akan mempertemukan penggarap dengan pihak terkait, namun hingga kini masih belum terlaksana.
Pada waktu itu, tanggal 10 Oktober 2023 kami sembilan orang yang mewakili 40-an penggarap pernah bertemu dengan pak Rudy Susmanto di Gedung DPRD Kabupaten Bogor. Saat itu ketua berjanji akan mengundang semua pihak yang terkait untuk menyelesaikan permasalahan penggarap di Desa Cijeruk dengan PT BSS . Tapi sudah satu bulan sampai sekarang belum juga ada kabar,” kata Hendi Hermawan, salah seorang penggarap Desa Cijeruk
Hendi menjelaskan, pada saat pertemuan Ketua DPRD Kabupaten Bogor berjanji akan memfasilitasi pertemuan baik dengan PT BSS, BPN, Pemkab Bogor, Camat Cijeruk, Kepala Desa Cijeruk, dan pihak lainnya agar permasalahan pengelolaan lahan garapan di atas lahan SHGB Nomor 6 yang segera menguasai PT BSS mendapatkan solusi.
“Mengapa sampai sekarang belum ada realisasinya. Sementara sampai dengan hari ini aktivitas alat berat yang meratakan tanah di lereng Gunung Salak masih terus berlangsung. Bahkan jumlah alat berat sudah datang lagi yang baru,” katanya.
Hendi juga menambahkan, penggarap dan warga yang tinggal di bawah lokasi perbukitan merasa kuatir dengan adanya proyek pengerukan tanah menggunakan alat berat.
“Sumber air bersih yang dipakai warga yang berasal dari Gunung Salak jadi keruh. Pada saat hujan kemarin saja terjadi longsor,” ucapnya.
Lebih lanjut, sambung Hendi, bahwa desakan penggarap dan warga Cijeruk untuk bertemu dengan para pihak karena selama ini penggarap maupun tokoh masyarakat, tokoh agama, dan ketua RT RW tidak dilibatkan maupun mendapatkan sosialisasi baik dari PT BSS maupun Pemerintah Kecamatan Cijeruk.
“Kami sudah puluhan tahun tinggal dan menggarap lahan di sana sebagai mata pencaharian keluarga. Karena sejak ditinggalkan oleh PTPN lahan tersebut telantar dan tidak ada aktivitas maupun berdiri kantor PT BSS. Tiba-tiba datang mengusir kami. Kami jelas keberatan,”pungkasnya.