KANAL BOGOR.COM – Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Perumda Air Minum Tirta Kahuripan terus berkomitmen mewujudkan visi “Kabupaten Bogor Istimewa dan Gemilang” dengan mempercepat pembangunan infrastruktur dasar, termasuk akses air minum bagi masyarakat.
Langkah strategis ini diwujudkan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kerja sama investasi antara Tirta Kahuripan dan sejumlah badan usaha swasta, menggunakan skema Business to Business (B to B). Kerja sama ini menjadi upaya untuk memperluas cakupan pelayanan air bersih yang saat ini masih terbatas.
Penandatanganan MoU dilakukan langsung di Sumber Mata Air Ciburial, kawasan bersejarah yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1922. Lokasi ini bukan hanya penting secara fungsional, tapi juga menyimpan nilai sejarah karena pernah memasok air bersih ke Istana Bogor hingga Istana Merdeka di Jakarta.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Bogor, Rudy Susmanto, menegaskan pentingnya pelestarian Ciburial. Ia menyampaikan rencana Pemkab Bogor untuk menetapkan kawasan ini sebagai Kawasan Cagar Budaya, demi menjaga keaslian bangunan, vegetasi, serta mencegah alih fungsi lahan.
“Ciburial adalah sumber air yang sangat bersejarah. Kita perlu menjaganya dengan langkah konkret, salah satunya menetapkannya sebagai Kawasan Cagar Budaya dan membuat sumur resapan untuk menjaga debit airnya,” ujar Bupati Rudy.
Selain aspek pelestarian, Bupati juga menyoroti kebutuhan mendesak atas perluasan cakupan layanan air bersih, mengingat pertumbuhan penduduk yang pesat. Saat ini, cakupan layanan administratif baru mencapai 12,51%, dan secara teknis 31,31%. Melalui kerja sama ini, Pemkab Bogor menargetkan peningkatan cakupan hingga minimal 37% di tahun 2030.
Direktur Utama Tirta Kahuripan, Tedi Kurniawan, menjelaskan bahwa upaya ini menjadi bagian dari misi pembangunan ekonomi daerah, khususnya dalam penyediaan infrastruktur dasar permukiman.
“Sejak 2021, kami tidak lagi mendapat dana dari APBN karena indeks kemandirian fiskal Tirta Kahuripan cukup tinggi. Maka kami perlu alternatif pembiayaan, salah satunya lewat kerja sama investasi swasta,” jelas Tedi.
Kerja sama serupa sebelumnya telah berhasil diterapkan melalui proyek SPAM Ciawi, yang melayani wilayah Ciawi dan Megamendung dengan kapasitas 150 liter per detik. Proyek ini telah beroperasi sejak awal 2024 dan menjadi bukti keberhasilan skema B to B.
Jika kerja sama baru ini terealisasi, cakupan layanan diproyeksikan naik signifikan. Secara administratif meningkat dari 12,51% menjadi 15,09%, dan teknis dari 31,31% menjadi 37,40% di tahun 2030.
“Inisiatif ini tak hanya menjawab kebutuhan dasar warga, tapi juga memperkuat perekonomian daerah melalui dividen yang dihasilkan Perumda Tirta Kahuripan. Kami berharap seluruh pihak mendukung agar proses ini berjalan lancar,” tutup Tedi.